Beranda

RESEARCH
17 September 2018

Fixed Income Notes 17 September 2018

  • Penguatan nilai tukar Rupiah dukung kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan di hari Jum'at, 14 September 2018.
  • Kenaikan harga yang terjadi pada hampir keseluruhan tenor Surat Utang Negara tersebut mendorong terjadinya penurunan imbal hasil yang berkisar antara 1 - 12 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 6 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami penurunan hingga sebesar 10 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 25 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah terlihat mengalami penurunan yang berkisar antara 6 - 11 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 40 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang terlihat mengalami penurunan hingga sebesar 12 bps yang didorong oelah adanya kenaikan harga hingga sebesar 90 bps. 
  • Kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin didukung oleh penguatan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika seiring dengan melemahnya mata unag Dollar Amerika terhadap mata uang regional. Selain itu, kenaikan harga juga didukung oleh aksi beli oleh investor yang memanfaatkan momentum harga Surat Utang Negara yang berada pada area jenuh jual (oversold). Hanya saja, kenaikan harga Surat Utang Negara kambali tidak didukung oleh volem perdagangan yang tidak begitu besar, mencerminkan kondisi bahwa investor masih berhati - hati dalam melakukan transaksi. Investor masih menantikan data ekonomi Amerika dimana pada hari Jum'at waktu setempat akan disampaikan data laju inflasi untuk periode Agustus 2018. Data tersebut diperkirakan akan mempengaruhi pergerakan imbal hasil dari US Treasury yang sejak bulan September 2018 menunjukkan tren kenaikan. 
  • Secara keseluruhan, kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 10 tahun masing - masing sebesar 11 bps di level 8,265% dan 8,363%. Adapun imbal hasil seri acuan dengan tenor 20 tahun terlihat mengalami penurunan sebesar 10 bps di level 8,934% dan untuk tenor 15 tahun mengalami penurunan sebesar 8 bps di level 8,616%. Sepanjang pekan kemarin, imbal hasil Surat Utang Negara rata - rata mengalami penurunan sebesar 3 bps seiring dengan meredanya tekanan terhadap nilai tukar Rupiah dan aksi beli oleh investor. 
  • Tren kenaikan harga juga didapati pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, dimana kenaikan harga didapati pada hampir keseluruhan seri. Kenaikan harga yang terjadi hingga sebesar 125 bps mendorong terjadinya penurunan imbal hasil yang berkisar antara 1 - 8 bps. Harga dari INDO23 mengalami kenaikan sebesar 20 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 5 bps di level 4,065%. Sementara itu harga dari INDO28 mengalami kenaikan sebesar 40 bps sehingga mendorong penurunan imbal hasilnya sebesar 5 bps di level 4,468% dan harga dari INDO43 mengalami kenaikan sebesar 80 bps dengan tingkat imbal hasilnya mengalami penurunan sebesar 6 bps berada pada level 5,05%. 
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan senilai Rp9,04 triliun dari 38 seri Surat Berharga Negara dimana volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp3,94 triliun. Obligasi Negara seri FR0064 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, yaitu senilai Rp1,53 triliun dari 120 kali transaksi dengan harga rata - rata 85,14% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0063 senilai Rp1,44 triliun dari 48 kali transaksi di harga rata - rata 89,36%. Sementara itu Project Based Sukuk seri PBS005 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp145,20 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 99,94% yang diikuti oleh perdagangan PBS012 senilai Rp131,38 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 97,70%. 
  • Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp657,10 miliar dari 43 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank II Tahap VII Tahun 2016 Seri B (BEXI02BCN7) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp170 miliar dari 9 kali transaksi di harga rata - rata 100,55% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap II Tahun 2018 Seri A (BEXI04ACN2) senilai Rp83 miliar dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 100,02%.
  • Sementara itu nilai tukar rupiah ditutup menguat sebesar 33,50 pts (0,23%) di level 14806,50 per Dollar Amerika setelah bergerak menguat sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14777,50 hingga 14844,00 per Dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut seiring dengan penguatan mata uang regional terhadap Dollar Amerika, ditengah melemahnya mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang global. Dollar Amerika terlihat melemah terhadap mata uang global sebagai respon atas meredanya tekanan inflasi di Amerika pada bulan Agustus 2018 serta adanya perbaikan terhadap sentimen resiko yang berkaitan dengan isu perang dangang. Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional sebesar 0,52% diikuti oleh penguatan Rupee India (INR) sebesar 0,34% dan Baht Thailand (THB) sebesar 0,24%. Adapun mata uang Yuan China (CNY) menjadi satu - satunya mata uang regional yang terlihat mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika pada akhir pekan kemarin, yaitu sebesar 0,11%. Dengan penguatan di akhir pekan kemarin, dalam sepekan  mata uang regional terlihat dalam posisi yang bervariasi terhadap Dollar Amerika. Mata uang Baht Thailand memimpin penguatan mata uang regional dalam sepekan terakhir yaitu sebesar 0,68% dan diikuti oleh Dollar Singapura (SGD) sebesar 0,67%. Adapun mata uang Yen Jepang (JPY) dalam sepekan mengalami pelemahan sebesar 0,71% dan diikuti oleh mata uang Peso Philippina (PHP) sebesar 0,44%. 
  • Dari perdagangan surat utang global, perubahan imbal hasil bergerak bervariasi dimana imbal hasil dari US Treasury 10 tahun dan 30 tahun masing - masing ditutup dengan kenaikan di level 3,00% dan 3,133%. Kenaikan imbal hasil dari US Treasury pada akhir pekan kemarin sebagai respon terhadap data penjualan ritel Amerika Serikat yang menunjukkan peningkatan, terutama adanya revisi terhadap data penjualan ritel Amerika Serikat di bulan Juli 2018. Kenaikan penjualan ritel tersebut akan memicu tekanan inflasi dan juga sebagai katalis positif bagi data pertumbuhan ekonomi Amerika. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) juga terlihat mengalami kenaikan masing - masing di level 0,442% dan 1,532%. Sementara itu imbal hasil di kawasan regional terlihat mengalami penurunan dipimpin oleh penurunan surat utang Indonesia, dan diikuti oleh penurunan imbal hasil dari surat utang Malaysia dan China. 
  • Secara teknikal, adanya kenaikan harga pada perdagangan di akhir pekan kemarin telah mendorong sinyal perubahan tren dari tren penurunan harga menjadi kenaikan harga pada beberapa seri Surat Utang Negara. Selain itu, kenaikan harga juga telah mendorong harga dari beberapa Surat Utang Negara telah menjauhi area jenuh jual (oversold). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara berpeluang untuk mengalami penuruna di tengah kembali naiknya imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun di level 3,00% sebagai dampak dari data penjualan ritel Amerika Serikat yang mengalami perbaikan. Koreksi harga akan semakin meningkat apabila data neraca perdagangan di bulan Agustus 2018 yang akan disampaikan oleh Badan Pusat Statistik kembali mengalami defisit yang cukup besar. Neraca perdagangan di bulan Agustus 2018 diperkirakan kembali mengalami defisit sebesar US$607 juta. Adapun di bulan Juli 2018, defisit neraca perdagangan tercatat sebesar US$2,03 miliar dan di sepanjang tahun 2018 tercatat defisit neraca perdagangan sebesar US$3,08 miliar. 
  • Rekomendasi : Dengan kembali berpeluangnya terjadi koreksi harga pada perdagangan hari ini, maka kami masih menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara. Kami masih merekomendasikan kepada investor untuk beberapa seri Surat Utang Negara bertenor pendek dan menengah yang menawarkan tingkat imbal hasil yang cukup menarik, diantaranya adalah *ORI013, SR009, PBS016, PBS002, FR0036, FR0031, FR0053, FR0061, FR0043, FR0063, FR0046, FR0070, FR0056 dan FR0054.
  • Kepemilikan Surat Berharga Negara oleh investor asing terus menunjukkan penurunan. 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia mempertahankan peringkat PT Verena Multi Finance Tbk pada peringkat "idA-" namun prospek dari peringkat berubah dari stabil menjadi negatif seiring dengan pelemahan kinerja perseroan.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group