Beranda

RESEARCH
13 September 2018

Fixed Income Notes 13 September 2018

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 12 September 2018 bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara.
  • Perubahan tingkat imbal hasil cukup bervariasi, berkisar antara 1 - 15 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 2 bps. Imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan tenor pendek relatif terbatas, kurang dari 1 bps dengan adanya peruahan harga yang berkisar antara 2 - 5 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan hingga sebesar 13 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 55 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang terlihat mengalami perubahan dengan kecenderungan mengalami kenaikan hingga sebesar 15 bps setelah adanya koreksi harga hingga sebesar 100 bps.
  • Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin seiring dengan kenaikan imbal hasil surat utang global yang dipimpin oleh kenaikan imbal hasil US Treasury sebagai respon atas adanya perbaikan ekonomi di negara Amerika Serikat. Selain itu, kenaikan juga didorong oleh faktor pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara yang diadakan oleh pemerintah. Menjelang lelang, harga Surat Utang Negara di pasar sekunder cenderung mengalami penurunan sehingga menyebabkan kenaikan imbal hasilnya. Investor mengantisipasi hasil dari pelaksanaan lelang, dimana dalam beberapa kali lelang terakhir mengindikasikan bahwa pemerintah terlihat mengejar target penerbitan Surat Berharga Negara sehingga berdampak terhadap kenaikan imbal hasil yang dimenangkan dari pelaksanaan lelang. 
  • Dari pelaksanaan lelang kemarin, terlihat bahwa investor masih berhati - hati dalam menempatkan dananya di Surat Utang Negara yang tercermin pada tingginya permintaan lelang pada instrumen bertenor pendek seperti Surat Perbendaharaan Negara yang memiliki tenor 3 bulan dan 12 bulan. Jumlah penawaran yang masuk mengalami penurunan dibandingkan dengan lelang dua pekan sebelumnya juga mencerminkan kondisi investor yang masih berhati - hati di tengah masih berfluktuasinya pergerakan nilai tukar rupiah. 
  • Secara keseluruhan, perubahan harga pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 10 tahun sebesar 5 bps masing - masing di level 8,397% dan 8,566%. Adapun imbal hasil seri acuan dengan tenor 15 tahun mengalami kenaikan hingga sebesar 12 bps di level 8,735%. Sementara itu imbal hasil dari seri acuan dengan tenor 20 tahun terlihat bergerak terbatas dengan mengalami penurunan imbal hasil kurang dari 1 bps di level 9,09%. 
  • Sedangkan dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, perubahan imbal hasilnya juga cukup bervariasi meskipun dengan perubahan yang relatif terbatas. Imbal hasil dari INDO23 dan INDO28 masing - masing mengalami kenaikan sebesar 1 bps di level 4,138% dan 4,572% setelah mengalami koreksi harga hingga sebesar 10 bps.  Sementara itu imbal hasil dari INDO48 justru terlihat mengalami penurunan, sebesar 2 bps di level 5,035% didorong oleh adanya kenaikan harga sebesar 30 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp11,33 triliun dari 30 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp6,57 triliun. Obligasi Negara seri FR0063 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp3,29 triliun dari 84 kali transaksi di harga rata - rata 89,00% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0064 senilai Rp1,50 triliun dari 81 kali transaksi di harga rata - rata 83,78%. Sedangkan dari perdagangan Sukuk Negara, Sukuk Ritel seri SR009 memimpin volume perdagangan, senilai Rp85,62 miliar dari 12 kali transaksi di harga rata - rata 99,15% dan diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS013 senilai Rp70 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 99,23%.
  • Adapun volume perdagangan dari obligasi korporasi yang dilaporkan senilai Rp856,1 miliar dari 41 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap III Tahun 2018 Seri B (FIFA03BCN3) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp160 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 97,88% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Bank Maybank Indonesia Tahap I Tahun 2017 Seri A (BNII02ACN1) senilai Rp80 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 98,54%. 
  • Sementara itu nilai tukar rupiah ditutup di level 14832,50 per Dollar Amerika, ditutup menguat sebesar 24,50 pts (0,16%). Dibuka menguat pada level 14847,8 per Dollar Amerika, nilai tukar rupiah bergerak bervariasi dengan perubahan pada kisaran 14832,50 hingga 14880,00 per Dollar Amerika dan cenderung menguat menjelang akhir sesi perdagangan. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut terjadi di tengah pergerakan mata uang regional yang cenderung bervariasi. Mata uang Rupee India (INR) memimpin penguatan mata uang regional terhadap Dollar Amerika, sebesar 0,82% yang diikuti oleh mata uang Rupiah dan Yen Jepang (JPY) sebesar 0,13%. Adapun mata uang Peso Philippina (PHP) dan Won Korea Selatan (KRW) terlihat mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika, masing - masing sebesar 0,35% dan 0,27%.
  • Dari perdagangan surat utang global, pada perdagangan kemarin, perubahan imbal hasilnya cenderung mengalami penurunan yang dipimpin oleh penurunan dari imbal hasil US Treasury. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level 2,968% dan tenor 30 tahun ditutup turun pada lvel 3,11% sebagai respon atas data ekonomi Amerika yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Imbal hasil dari surat utang Jerman dan Inggris dengan tenro 10 tahun juga terlihat mengalami penurunan masing - masing di level 0,407% dan 1,485%. Adapun imbal hasil surat utang Thailand sebagaimana surat utang Indonesia, terlihat mengalami kenaikan, di level 2,831%.
  • Secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih berada pada tren penurunan, sehingga peluang terjadinya penurunan harga masih terbuka dalam jangka pendek. Harga surat utang negara secara teknikal juga masih berada pada area jenuh jual (oversold) yang didapati pada keseluruhan tenor.
  • Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan peluang terjadinya penurunan imbal hasil cukup terbuka ditengah penurunan imbal hasil surat utang global. Hanya saja pelaku pasar masih akan mencermati beberapa faktor eksternal, diantaranya adalah ECB Meeting dan disampaikannya data ekonomi Amrika Serikat. Kebijakan yang dinantikan dari ECB Meeting adalah keberlangsungan stimulus moneter dari ECB. Selain itu, perkembangan dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang masih berlanjut akan turut menjadi perhatian investor. 
  • Rekomendasi :Kami masih merekomendasikan Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah bagi investor dengan horizon investasi jangka pendek sebagai antisipasi terhadap gejolak perubahan harga di pasar sekunder yang kami perkirakan masih berpeluang untuk mengalami penurunan. Beberapa seri pilihan yang dapat dicermati oleh investor adalah seri - seri *ORI013, SR009, PBS016, PBS002, FR0069, FR0040, FR0056, FR0073 dan FR0054.*
  • Pemerintah meraup dana senilai Rp16,21 triliun dari  lelang penjualan Surat Utang Negara seri SPN03181213 (New Issuance), SPN12190913 (New Issuance), FR0063 (Reopening), FR0064 (Reopening), FR0065 (Reopening), FR0075 (Reopening) dan FR0076 (Reopening) pada hari Rabu, tanggal 12 September 2018.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group