Beranda

RESEARCH
13 November 2018

Fixed Income Notes 13 November 2018

  • Imbal hasil Surat Utang Negara kembali mengalami kenaikan di tengah berlanjutnya penguatan nilai tukar Dollar Amerika terhadap Rupiah.
  • Kenaikan tingkat imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin hingga sebesar 15 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 7 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor di atas 5 tahun. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami kenaikan yang berkisar antara 2 bps hingga 10 bps setelah mengalami adanya penurunan harga hingga sebesar 30 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan hingga sebesar 11 bps di tengah adanya penurunan harga yang berkisar antara 25 bps hingga 40 bps. Sedangkan Surat Utang Negara dengan tenor panjang mengalami kenaikan imbal hasil hingga sebesar 15 bps yang didorong oleh adanya koreksi harga yang berkisar antara 10 bps hingga 100 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan pada perdagangan kemarin mengalami juga mengalami kenaikan, dimana untuk tenor 5 tahun dan 20 tahun mengalami kenaikan imbal hasil masing - masing sebesar 11 bps di level 8,014% dan 8,640%. Sementara itu untuk seri acuan dengan tenor 10 tahun dan 15 tahun mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 10 bps masing - masing di level 8,185% dan 8,453%.
  • Berlanjutnya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin dipengaruhi oleh terus berlanjutnya penguatan nilai tukar Dollar Amerika terhadap nilai tukar Rupiah. Di tengah menguatnya mata uang Dollar Amerika seiring dengan sinyal berlanjutnya kebijakan Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan, nilai tukar Rupiah dalam dua hari perdagangan terakhir terlihat mengalami pelemahan yang juga didorong oleh faktor domestik yaitu melebarnya angka defisit neraca berjalan (Current Account Deficit) di kuartal III 2018. Hal tersebut menjadi katalis negatif bagi perdagangan Surat Utang Negara dimana pada perdagangan kemarin investor melakukan penjualan Surat Utang Negara di pasar sekunder sehingga mendorong terjadinya koreksi harga. Hanya saja, koreksi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder tersebut tidak didukung oleh adanya peningkatan volume perdagangan dimana hal tersebut mengindikasikan bahwa investor masih menahan diri untuk melakukan transaksi di pasar sekunder. Koreksi harga juga didukung oleh faktor teknikal, dimana indikator teknikal yang menunjukkan bahwa harag Surat Utang negara masih berada pada area jenuh beli (overbought), sehingga adanya momentum pelemahan nilai tukar Rupiah digunakan investor untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking). Adapun dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, pergerakan harga yang terjadi relatif terbatas di tangah liburnya pasar Surat Utang Amerika dalam rangka peringatan hari Veteran (Veterans Day).
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara pada perdagangan kemarin senilai Rp5,61 triliun dari 30 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp809,11 miliar. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,04 triliun dari 42 kali transaksi di harga rata - rata 100,61% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp817,86            miliar dari 40 kali transaksi di harga rata - rata 99,95%. Sedangkan Project Based Sukuk seri PBS016 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp400,00 miliar dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 98,73% dan diikuti oleh perdagangan Sukuk Negara Ritel seri SR008         senilai Rp226,86 miliar dari 18 kali transaksi di harga rata - rata 100,53%.
  • Sementara itu dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,04 triliun dari 46 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi II Intiland Development Tahun 2016 Seri A (DILD02A) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp175,00 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,95% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Indosat Tahap III Tahun 2018 Seri A (ISAT02ACN3) senilai Rp100,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 99,00%.
  • Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika kembali ditutup dengan pelemahan, sebesar 142,50 pts (0,97%) di level 14820,00 per Dollar Amerika. Bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14732,50 hingga 14836,00 per Dollar Amerika, menjadikan mata uang Rupiah menjadi mata uang regional dengan pelemahan terbesar terhadap Dollar Amerika. Setelah mata uang Rupiah, mata uang regional yang mengalami pelemahan adalah Peso Philippina (PHP) sebesar 0,62% dan Rupee India (INR) sebesar 0,59%. Pelemahan mata uang regional terhadap Dollar Amerika tersebut terjadi seiring dengan menguatnya mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia sebagai respon dari sinyal berlanjutnya kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika.
  • Dari pasar surat utang global, imbal hasil surat utang negara - negara maju terlihat mengalami penurunan sedangkan pada surat utang negara - negara berkembang justru mengalami kenaikan. Imbal hasil dari surat utang Inggris dan Jerman pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami penurunan, masing - masing di level 1,452% dan 0,398%. Penurunan imbal hasil juga didapati pada surat utang Jepang di level 0,105%. Adapun pada surat utang India dan Thailand ditutup dengan mengalami kenaikan imbal hasil, masing - masing di level 7,813% dan 2,821%. Sedangkan imbal hasil US Treasury tidak mengalami perubahan dikarenakan liburnya pasar surat utang Amerika.
  • Adapun indikator teknikal menunjukkan adanya sinyal pembalikan arah tren pergerakan harga Surat Utang Negara dari tren kenaikan menjadi tren penurunan harga seiring dengan adanya koreksi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dalamn dua hari perdagangan terakhir. Sinyal perubahan tren pergerakan harga tersebut didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor hingga 20 tahun. Apabila penurunan harga berlanjut hingga beberapa hari kedepan, maka dalam jangka pendek tren pergerakan harga akan berubah dari tren kenaikan menjadi tren penurunan.
  • Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara berpeluang untuk kembali mengalami pelemahan di tengah berlanjutnya penguatan Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Selain itu, koreksi harga juga didukung oleh kembali meningkatnya persepsi risiko yang tercermin pada kenaikan angka Credit Default Swap (CDS) seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar saham utama dunia. Dari faktor internal, hingga akhir pekan nanti pelaku pasar akan menantikan beberapa agenda ekonomi, yaitu pelaksanaan rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 14 - 15 November 2018 yang diikuti oleh disampaikannya data neraca perdagangan periode Oktober 2018 pada tanggal 15 November 2018 dan terakhir pada tanggal 16 November 2018 akan disampaikan data Statistik Utang Luar Negeri (ULN) periode September 2018.
  • Rekomendasi : Ditengah kondisi pasar Surat Utang Negara yang kembali bergejolak di tengah pelemahan nilai tukar Rupiah, maka kami menyarankan kepada investor untuk mencermati arah pergerakan nilai tukar Rupiah yang akan menentukan arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Dengan kondisi tersebut kami menyarankan kepada investor untuk melakukan strategi trading jangka pendek dengan pilihan pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah seperti : *SR008, SR009, FR0053, FR0061, FR0035, FR0043, FR0063, FR0070 dan FR0077*. Adapun bagi investor yang ingin menenpatkan dananya pada Sukuk Negara dapat mengikuti lelang penjualan Sukuk Negara yang diadakan oleh pemerintah pada hari ini. 
  • Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 01052019 (reopening), SPN-S 01082019 (reopening), PBS014 (reopening), PBS019 (reopening), PBS017 (reopening) dan PBS012 (reopening) pada hari Selasa tanggal 13 November 2018.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group