Beranda

RESEARCH
12 September 2018

Fixed Income Notes 12 September 2018

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 10 September 2018 kembali mengalami kenaikan seiring dengan kembali melamahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika dan kenaikan imbal hasil surat utang global. 
  • Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 16 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 7 bps dimana imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang yang cenderung mengalami kenaikan lebih besar dibandingkan dengan yang didapati pada tenor pendek. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami kenaikan hingga sebesar 8 bps setelah mengalami adanya koreksi harga hingga sebesar 20 bps. Sementara itu imbal hasi tenor menengah mengalami kenaikan hingga sebesar 10 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 60 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang mengalami kenaikan hingga sebesar 16 bps ditengah koreksi harga hingga sebesar 135 bps. 
  • Kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan di awal pekan kemarin didorong oleh kembali melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika serta di tengah kenaikan imbal hasil surat utang global. Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap Dollar Amerika setelah data cadangan devisa Indonesia pada bulan Agustus 2018 menunjukkan adanya penurunan dibandingkan posisi per akhir Juli 2018. Selain itu, kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia dalam upaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah belum menunjukkan efektifitasnya dalam jangka pendek sehingga di tengah kembali melemahnya mata uang regional terhadap Dollar Amerika, nilai tukar rupiah juga mengalami pelemahan. Secara keseluruhan, koreksi harga yang terjadi pada perdagangan di awal pekan kemarin telah mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 15 tahun masing - masing sebesar 1 bps di level 8,35% dan 8,61%. Sementara itu imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan sebesar 9 bps di level 8,51% dan untuk tenor 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 15 bps di level 9,06%.
  • Kenaikan imbal hasil juga terlihat pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi Dollar Amerika seiring dengan kenaikan imbal hasil dari US Treasury di tengah data sektor tenaga kerja Amerika Serikat yang lebih baik dari perkiraan. Kenaikan imbal hasil terjadi pada keselurah seri Surat Utang Negara, dimana imbal hasil dari INDO23 dan INDO28 mengalami kenaikan sebesar 6 bps masing - maisng di level 4,137% dan 4,587% setelah mengalami koreksi harga sebesar 25 bps dan 45 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO43 mengalami kenaikan sebesar 9 bps di level 5,166% setelah mengalami penurunan harga sebesar 115 bps. Kenaikan imbal hasil dari surat utang tersebut juga dipengaruhi kembali meningkatnya persepsi risiko yang tercermin pada kenaikan nagka Credit Default Swap (CDS). 
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan di awal pekan tidak begitu besar, senilai Rp10,95 triliun dari 38 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp4,22 triliun. Obligasi Negara seri FR0065 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,17 triliun dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 83,59% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0072 senilai Rp1,04 triliun dari 157 kali transaksi di harga rata - rata 93,15%. Sementara itu Project Based Sukuk seri PBS012 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp150 miliar dari 6 kali transaksi di harga - rata - rata 98,54% yang diikuti oleh perdagangan PBS016 senilai Rp145 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 97,21%. 
  • Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp745,8 miliar dari 35 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Tower Bersama Infrastructure Tahap I Tahun 2018 (TBIG03CN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp315 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 99,98% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi I Bank Mandiri Taspen POS Tahun 2017 Seri A (BMTP01A) senilai Rp100 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,01%.
  • Nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika ditutup melemah sebesar 37,00 pts (0,25%) pada level 14857,00 per Dollar Amerika. Bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdaganga, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14835,00 hingga 14880,30 per Dollar Amerika seiring dengan melemahnya mata uang regional terhadap Dollar Amerika. Mata uang Rupee India (INR) memimpin pelemahan mata uang regional pada perdagangan di hari Senin, yaitu sebesar 0,94% yang diikuti oleh pelemahan mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,49% dan Peso Philippina (PHP) sebesar 0,28%. 
  • Adapun dari perdagangan surat utang global, pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami kenaikan. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik di level  2,972% dan untuk tenor 30 tahun ditutup naik pada level 3,116% ditengah sinyal penguatan ekonomi Amerika Serikat. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun ditutup naik pada level 0,428% begitu pula dengan surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama di level 1,501%. 
  • Sementara itu indikator teknikal menunjukkan bahwa harga Surat Utang Negara masih berada pada tren penurunan, sehingga dalam jangka pendak peluang terjadinya penurunan harga lanjutan masih akan terbuka. Selain itu, indikator teknikal masih menunjukkan bahwa harga Surat Utang Negara masih berada pada area jenuh jual (oversold) sehingga harga Surat Utang Negara relatif murah untuk kembali diakumulasi. 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan bergerak terbatas pada awal perdagangan jelang pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara dimana pemerintah mentargetkan penerbitan Surat Utang Negara senilai Rp10 triliun dari 7 seri surat utang yang ditawarkan kepada investor. Harga Surat Utang Negara cenderung bergerak terbatas dengan potensi mengalami penurunan menjelang pelaksanaan lelang. Selain itu, penurunan harga juga akan didukung oleh kembali naikknya imbal hasil surat utang global. Sementara itu dari faktor eksternal, investor masih akan mencermati disampaikannya data ekonomi Amerika Serikat yang akan disampaikan pada hari ini yaitu data inflasi. Selain itu meningkatnya tensi perang dagang antara pemerintah Amerika Serikat dengan mitra dagangnya masih akan menjadi perhatian investor global.
  • Rekomendasi :Dengan pertimbangan beberapa faktor di atas kami masih menyarankan kepada investor untuk mencermati pergerakan harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah yang memberikan tingkat imbal hasil yang menarik dengan tingkat risiko yang moderat di tengah masih bergejolaknya pasar Surat Utang Negara. Beberapa seri pilihan yang dapat dicermati oleh investor adalah seri - seri *ORI013, SR009, PBS016, PBS002, FR0069, FR0036, dan FR0040*. Adapun bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang dapat mencermati seri - seri berikut : FR0073, FR0074, FR0068, FR0072, FR0045, FR0075, FR0057, FR0067 dan FR0076. 
  • Rencana Lelang penjualan Surat Utang Negara seri SPN03181213 (New Issuance), SPN12190913 (New Issuance), FR0063 (Reopening), FR0064 (Reopening), FR0065 (Reopening), FR0075 (Reopening)  dan FR0076 (Reopening) pada hari Rabu, tanggal 12 September 2018.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group