Beranda

RESEARCH
05 November 2018

Fixed Income Notes 05 November 2018

  • Harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jum'at, tanggal 2 November 2018 melanjutkan tren kenaikan yang kembali didukung oleh faktor penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika serta membaiknya persepsi risiko. 
  • Kenaikan harga yang terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara tersebut berkisar antara 5 bps hingga 100 bps dengan kenaikan harga yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor di atas 5 tahun. Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami kenaikan berkisar antara 5 bps hingga 35 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil yang mencapai Rp15 bps. Adapun harga Surat Utang Negara dengan tenor menengah terlihat mengalami kenaikan hingga sebesar 45 bps yang mendorong terjadinya penurunan imbal hasil yang berkisar antara 8 bps hingga sebesar 11 bps. Sedangkan Surat Utang Negara dengan tenor panjang mengalami kenaikan hingga sebesar 100 bps sehingga terjadi penurunan imbal hasil hingga sebesar 16 bps. Kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin juga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan, sebesar 11 bps untuk tenor 5 tahun di level 8,11% dan 16 bps di level 8,28% untuk tenor 10 tahun. Adapun seri acuan dengan tenor 15 tahun penurunan imbal hasil yang terjadi sebesar 10 bps di level 8,613% dan tenor 20 tahun mengalami penurunan imbal hasil sebesar 4 bps di level 8,856%. Pada perdagangan di akhir pekan kemarin, kenaikan harga telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara secara rata - rata sebesar 10 bps, adapun dibandingkan dengan posisi akhir pekan sebelumnya, rata - rata penurunan tingkat imbal hasil mencapai 21 bpsdimana penurunan imbal hasil yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor 1 tahun hingga 10 tahun.
  • Pergerakan harga Surat Utang Negara yang mengalami kenaikan pada perdagangan di akhir pekan kemarin didukung oleh penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika di tengah mata uang regional yang juga menunjukkan penguatan terhadap Dollar Amerika. Selain itu, kenaikan harga juga didukung oleh membaiknya persepsi risiko yang tercermin pada penurunan angka Credit Default Swap (CDS). Kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan di hari Jum'at juga didukung oleh meningkatnya volume perdagangan, dimana volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan mencapai Rp13,16 triliun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pelaku pasar cukup agresif untuk melakukan pembelian di tengah optimisme pelaku pasar terhadap prospek pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika seiring dengan mulai diberlakukannya Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) sejak tanggal 1 November 2018.
  • Kenaikan harga juga didapati pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika. Kenaikan harga yang terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara tersebut didukung oleh membaiknya persepsi risiko meskipun di saat yang sama imbal hasil US Treasury justru terlihat mengalami kenaikan. Harga dari INDO23 mengalami kenaikan sebesar 18 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasilnya sebesar 5 bps di level 4,328%. Adapun harga dari INDO28 mengalami kenaikan sebesar 40 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 7 bps di level 4,790%. Sedangkan kenaikan harga sebesar 70 bps yang didapati pada INDO43 mendorong terjadinya penurunan imbal hasilnya sebesar 6 bps di level 5,426%. 
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan kemarin senilai Rp13,16 triliun dari 36 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp3,10 triliun. Obligasi Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,90 triliun dari 155 kali transaksi di harga rata - rata 99,62% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0063 senilai Rp1,44 triliun dari 18 kali transaksi di harga rata - rata 90,95%. Adapun Project Based Sukuk seri PBS015 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp192,0 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 83,29% yang diikuti oleh perdagangan PBS019 senilai Rp120,0 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 98,67%.
  • Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp868,35 miliar dari 34 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap VI Tahun 2018 Seri A (SMFP04ACN6) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp205,0 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,02% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Waskita Karya Tahap II Tahun 2015 Seri B (WSKT01BCN2) senilai Rp90,0 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 102,64%.
  • Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan di akhir pekan ditutup menguat sebesar 172,50 pts (1,14%) di level 14955,00 per Dollar Amerika. Bergerak dengan mengalami penguatan sepanjangs esi perdagangan pada kisaran 14955,00 hingga 15100,00 per Dollar Amerika, penguatan nilai tukar Rupiah tersebut seiring dengan penguatan mata uang regional terhadap Dollar Amerika. Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional, sebesar 1,45% yang diikuti oleh penguatan mata uang Rupee India (INR) sebesar 1,33% di tengah adanya rencana perundingan antara pemerintah Amerika Serikat dengan China sehubungan dengan tarif dagang kedua negara tersebut. Dengan adanya penguatan di akhri pekan tersebut, maka dalam sepekan terakhir, mata uang Rupiah telah mengalami penguatan sebesar 1,75% adapun mata uang Won Korea Selatan mengalami penguatan sebesar 1,79%. Mata uang regional yang menunjukkan pelemahan terhadap Dollar Amerika dalam sepekan terakhir adalah Yen Jepang (JPY) yang mengalami pelemahan sebesar 0,84%. 
  • Imbal hasil surat utang global pada perdagangan di akhir pekan bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan yang didapati pada surat utang negara - negara maju. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup naik pada level 3,208% dan 3,452% didukung oleh data sektor tenaga kerja Amerika Serikat yang terus menunjukkan perbaikan. Data sektor tenaga kerja Amerika Serikat di bulan Oktober 2018 yang disampaikan pada hari Jum'at, 2 November 2018 menunjukkan adanya penambahan jumlah tenaga kerja sebesar 250 ribu di bulan Oktober di atas estimasi analis yang memperkirakan adanya penambahan sebesar 190 ribu. Selain bertambahnya jumlah tenaga kerja, kenaikan tingkat upah pekerja di Amerika Serikat juga mengindikasikan adanya perbaikan di sektor tenaga kerja Amerika, dimana hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi Bank Sentral Amerika untuk mempertahankan kebijakan untuk menaikkan suku bunga acuan. kenaikan imbal hasil US treasury juga diikuti oleh kenaikan imbal hasil surat utang Jerman dan Inggris, yang pada akhir pekan kemarin masing - masing ditutup di level 0,438% dan 1,495%. Adapun surat utang regional yang mengalami penurunan imbal hasil adalah surat utang India di level 7,770% dan surat utang Thailand yang turun di level 2,804%.
  • Pergerakan kenaikan harga Surat Utang Negara yang terjadi dalam bebrapa hari terekhir telah membentuk sinyal tren kenaikan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Apabila kenaikan harga dapat berlanjut dalam beberapa hari kedepan, maka tren kenaikan harga akan berlanjut dalam jangka menengah. Kenaikan harga juga mendorong harga Surat Utang Negara menuju ke area jenuh beli (overbought). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih berpeluang untuk melanjutkan tren kenaikan harga. Hanya saja terdapat beberapa faktor yang akan membatasi potensi kenaikan harga Surat Utang Negara di pasar sekudner, baik dari dalam maupun luar negeri. Dari dalam negeri, rencana lelang penjualan Surat Utang Negara pada hari Selasa, 6 November 2018 akan membatasi potensi kenaikan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder, dikarenakan harga Surat Utang Negara yang cenderung bergerak dengan mengalami penurunan jelang pelaksanaan lelang. Selain itu, data pertumbuhan ekonomi kuartal III tahun 2018 yang akan disampaikan oleh Badan Pusat Statistik pada hari ini akan turut menjadi perhatian investor. Analis memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2018 sebesar 3,07% dibandingkan dengan kuartal II 2018 (QoQ) dan sebesar 5,15% dibandingkan kuartal IV 2017 (YoY). Estimasi tersebut mengindikasikan adanya penurunan dibandingkan dengan pencapaian di kuartal II 2018 yang sebesar 4,21% (QoQ) dan 5,27% (YoY). Sementara itu dari faktor eksternal, pelaku pasar akan mencermati pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Sentral Amerika yang akan dilaksanakan pada hari Rabu - Kamis, tanggal 7 - 8 November 2018 waktu setempat meskipun analis memperkirakan Bank Sentral Amerika masih akan mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan tersebut. 
  • Pada sepekan kedepan terdapat enam surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp1,87 triliun.
  • Investor asing mencatatkan pembelian bersih Surat Berharga Negara senilai Rp13,47 triliun di sepanjang bulan Oktober 2018.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group