Beranda

RESEARCH
04 Juli 2018

Fixed Income Notes 04 Juli 2018

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, 3 Juli 2018 ditutup dengan mengalami kenaikan didorong oleh kembali melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika di tengah pelaku pasar yang melakukan aksi ambil untung. 
  • Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 14 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 4,6 bps dimana perubahan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada Surat Utang Negara bertenor panjang. 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami perubahan berkisar antara 1 - 8 bps setelah didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 20 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) ditutup dengan kenaikan yang berkisar antara 2 - 10 bps setelah mengalami penurunan harga sebesar 40 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 14 bps setelah mengalami koreksi harga hingga sebesar 100 bps. 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dari awal perdagangan mengalami kenaikan jelang lelang penjualan Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin. Hanya saja, aksi ambil untung pelaku pasar di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika juga mendorong terjadinya penurunan harga Surat Utang Negara sehingga di akhir sesi perdagangan, imbal hasil Surat Utang Negara mengalami kenaikan dibandingkan dengan posisi penutupan di akhir pekan. 
  • Sehingga secara keseluruhan, koreksi harga pada perdagangan kemarin mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami kenaikan sebesar 10 bps di level 7,612% dan imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan sebesar 3,5 bps di level 7,773%. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 15 tahun mengalami kenaikan sebesar 12,5 bps di level 8,264% dan 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 3 bps di level 8,170%. 
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika, mengalami kenaikan pada seluruh seri, seiring dengan pergerakan imbal hasil surat utang global yang ditutup dengan mengalami kenaikan pada hari Senin. Namun demikian, seri tenor pendek terlihat tidak banyak mengalami perubahan. Imbal hasil dari INDO-23 relatif tidak bergerak dibandingkan perdagangan sebelumnya di level 4,155% sementara itu imbal hasil dari INDO-28 , INDO-43, dan INDO-48 ditutup naik sebesar 1 bps masing - masing di level 4,478%; 5,139%; dan 5,028%. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di hari Senin, senilai Rp13,11 triliun dari 33 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp3,05 triliun. Obligasi Negara seri FR0065 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,73 triliun dari 61 kali transaksi di harga rata - rata 87,13% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0072 senilai Rp1,21 triliun dari 109 kali transaksi di harga rata - rata 99,80%. 
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,34 triliun dari 40 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Bank OCBC NISP Tahap III Tahun 2017 Seri A (NISP02ACN3) masih menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp312 miliar dari 20 kali transaksi di harga rata - rata 99,68% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Bank Maybank Indonesia Tahap I Tahun 2017 Seri B (BNII02BCN1) senilai Rp160 miliar dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 97,4%. 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika kembali ditutup melemah, pada level 14397,00 per dollar Amerika, mengalami pelemahan sebesar 7,00 pts (0,01%) dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14397,00 hingga 14453,00 per dollar Amerika, pelemahan nilai tukar rupiah di tengah pergerakan mata uang regional yang juga cenderung mengalami penguatan terhadap dollar Amerika. Mata uang Ringgit Malaysia (MYR) memimpin pelemahan mata uang regional dan diikuti oleh pelemahan mata uang Dollar Taiwan (TWD) dan Baht Thailand (THB). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder akan cenderung bergerak terbatas terutama pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang jelang disampaikannya notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Minutes). Notulen tersebut akan disampaikan pada hari Akhir pekan ini waktu setempat. 
  • Sementara itu pasar surat utang global ditutup dengan arah penurunan imbal hasil di level 2,833%. Imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun ditutup turun terbatas di level 0,291 sementara itu imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama juga mengalami penurunan di level 1,241%. 
  • Sementara itu secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih bergerak pada area jenuh jual meskipun pada beberapa seri Surat Utang Negara masih menunjukkan sinyal penurunan harga. 
  • Rekomendasi : Dengan minimnya katalis dari dalam dan luar negeri maka kami perkirakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini akan cenderung bergerak terbatas. Kami masih menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading di tengah harga Surat Utang Negara yang masih bergerak berfluktuasi. Kami juga masih merekomendasikan seri - seri Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah sebagai pilihan di tengah kondisi pasar yang masih berfluktuasi, yaitu seri FR0070, FR0056, FR0059, FR0073, FR0074, FR0065, FR0068, FR0072 dan FR0075. 
  • Pemerintah meraup dana senilai Rp11,32 triliun dari lelang penjualan Surat Utang Negara seri SPN 12190704 (New Issuance), SPN 12181004 (Reopening), FR0063 (Reopening), FR0065 (Reopening), FR0075 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 3 Juli 2018.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group